Bulan April ini Kota Malang tengah meriah dengan beberapa pekerjaan. Banyak festival seni, budaya serta perlombaan yang diselenggarakan pemerintah Kota Malang yang bekerjasama dengan beberapa komune serta penduduk. Ini sebab di bulan April, persisnya tanggal 1 April tempo hari Kota Malang memperingati hari jadinya yang ke-104. Satu perjalanan yang panjang serta penuh riwayat buat kota kecil yang indah ini.

Bicara tentang riwayat kota Malang, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari kehadiran Kampung Kayutangan. Pada masa kolonial Belanda, lokasi ini jadi pusat usaha, yang sampai saat ini masih tetap bertahan. Banyak bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang masih dipertahankan bentuk aslinya. Walau tidak dikit juga yang telah beralih, baik manfaat ataupun arsitektur bangunannya.

Baca Juga : Wisata Nusa Penida 

Mengenai asal mula nama Kayutangan, ada dua vs yang berkembang di penduduk kampung Kayutangan. Pertama, sebelum Malang jadi kotapraja, di lokasi ada papan penunjuk arah memiliki ukuran besar yang berupa tangan yang dibikin oleh Belanda. Vs ke-2 ialah pada saat mulai mengembangnya lokasi Alun-alun, di ujung jalan arah alun-alun ada pohon yang mirip tangan. Karenanya lokasi itu lalu dimaksud Kayutangan. Yang manakah vs yang benar serta dapat jadi basic penyebutan Kampung Kayutangan? Entahlah, yang pasti nama Kajoetangan (Kayutangan) banyak dimaksud dalam laporan-laporan Belanda semenjak tahun 1890, seperti beberapa nama kampung asli Malang yang lain seperti Jodipan, Tongan, Taloon (Talun) serta Sukun.

READ  Tips Wisata Selecta

Baca Juga : Wisata Gunung Bromo

Lokasi Kayutangan terdapat disepanjang jalan Basuki Rahmad. Memanjang dari mulai Pertokoan Kayutangan di seberang Gereja Hati Kudus Yesus, atau seberang Toko Oen, sampai ke pertigaan bulat depan kantor PLN. Disepanjang jalan ini, banyak bangunan bergaya kolonial yang masih tetap bertahan bentuk aslinya.

Alun-Alun Kota Malang