Sejarah Air Terjun Madakaripura

Posted on
No ratings yet.

Madakaripura, buat Anda yang datang dari jawa timur tentunya telah familiar dalam kata ini, serta Anda akan langsung tertuju pada sosol pahlawan besar ang dapat menjadikan satu Nusantara dibawah satu bendera gula kelapa Majapahit yaitu Maha Patih Gajah Mada.

http://keanu.hol.es/wisata/pantai-kuncaran-malang/

Bila kita runut lebih dalam, air terjun Madakaripura ini terkait erat dengan riwayat panjang kerajaan Majapahit. Patih Gajah Mada bersama Hayam Wuruk sukses menjadikan satu Nusantara. Patih Gajah Mada sendiri memilki ketrampilan yang mengagumkan di bagian taktik, diplomasi, bahkan juga perang. Karena itu Patih Gajah Mada dapat diakui raja-raja Nusantara.

http://sigithermawan.esy.es/wisata/pesona-coban-gintung/

Menurut masyarakat ditempat nama Madakaripura, mempunyai makna “tempat terakhir”. Nama ini diambil dari narasi yang sudah tersebar di zamannya. Konon Patih Gajah Mada habiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di tempat air terjun ini. Tempat persemedia Patih Gajah Mada di goa yang ada di air terjun penting. Narasi ini diperkokoh karenanya ada arca Gajah Mada yang ada dalam tempat parker ruang air terjun Madakaripura ini. Awalannya lokasi ini adalah tanah perdikan yang dikasihkan Raja Majapahit menjadi hadiah pada Gajah Mada atas kerja kerasanya mempersatukan Nusantara, dengan sumpahnya yang populer dengan panggilan “Sumpah Palapa.”

http://keanu.hol.es/wisata/pemandian-kalireco-lawang-malang/

Isi dari sumpah itu ialah : “Sira Ggajah Mada papatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.” Jika disimpulkan dalam bahasa Indonesia mempunyai makna: jika Gajah mada akan tidak mengonsumsi buah palapa (kemewahan, puasa) sebelum beliau dapat mempersatukan bumi pertiwi (Nusantara). Dijelaskan dalam perihal ini ialah kerajaan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik di mana beberapa kerajaan itu saat itu masih tetap terpecah iris belumlah menyatu.